Fenomena Yang Terjadi Di Indonesia

Candi Mendut

Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sekitar 38 km ke arah barat laut dari Yogyakarta. Lokasinya hanya sekitar 3 km dari Candi Borobudur.

  • Sejarah tentang Candi Mendut

Candi Mendut ini memiliki keterkaitan dengan Candi Borobudur dan Candi Pawon. Ketiga candi tersebut terletak pada satu garis lurus arah utara-selatan.

Reruntuhan candi Mendut sebelum dipugar, tahun 1880. Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan dengan Candi Mendut.

Candi ini pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1836. Seluruh bangunan candi Mendut diketemukan, kecuali bagian atapnya. Pada tahun 1897-1904, pemerintah Hindia Belanda melakukan uapaya pemugaran yang pertama dengan hasil yang cukup memuaskan walaupun masih jauh dari sempurna. Kaki dan tubuh candi telah berhasil direkonstruksi. Pada tahun 1908, Van Erp memimpin rekonstruksi dan pemugaran kembali Candi Mendut, yaitu dengan menyempurnakan bentuk atap, memasang kembali stupa-stupa dan memperbaiki sebagian puncak atap. Pemugaran sempat terhenti karena ketidak tersediaan dana, namun dilanjutkan kembali pada tahun 1925.

  • Kronologi penemuan

* 1836 – Ditemukan dan dibersihkan
* 1897 – 1904 kaki dan tubuh candi diperbaiki namun hasil kurang memuaskan.
* 1908 – Diperbaiki oleh Theodoor van Erp. Puncaknya dapat disusun kembali.
* 1925 – sejumlah stupa disusun kembali.

  • Arsitektur candi

Bahan bangunan candi sebenarnya adalah batu bata yang ditutupi dengan batu alam. Bangunan ini terletak pada sebuah basement yang tinggi, sehingga tampak lebih anggun dan kokoh.

Tangga naik dan pintu masuk menghadap ke barat-daya. Di atas basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atapnya bertingkat tiga dan dihiasi dengan stupa-stupa kecil. Jumlah stupa-stupa kecil yang terpasang sekarang adalah 48 buah.Tinggi bangunan adalah 26,4 meter.

  • Keunikan Candi Mendut

Keunikan Candi Mendut dibanding dengan candi-candi lainnya di pulau Jawa bahkan di Indonesia adalah pintu masuknya menghadap ke arah barat laut. Kebanyakan candi menghadap ke arah timur. Selain itu di bilik candi terdapat 3 arca besar yang terbuat dari bongkahan batu utuh. Ketiga arca ini adalah Arca Dhyani Buddha Sakyamuni yang menghadap ke arah barat dalam posisi duduk. Kedua kakinya menyiku ke bawah pada landasan teratai. Arca kedua adalah Arca Bodhisatva Avalokitesvara yang menghadap ke selatan. Arca ini dalam posisi duduk dengan kaki kiri dilipat ke dalam sedangkan kaki kanan menjulur ke bawah. Bodhisattva yang membantu manusia sambil memegang teratai merah di atas telapak tangannya. Arca terakhir adalah Arca Bodhisatva Vajrapani yang menghadap ke utara dengan posisi duduk pula. Kaki kanan dilipat ke dalam, sedangkan kaki kiri menjulur kebawah. Vajrapani dan Avalokitesvara disebut-sebut sebagai pengiring atau pengawal Buddha Sakyamuni.

Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa dewata gandarwa dan apsara atau bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda. Pada kedua tepi tangga terdapat relief-relief cerita Pancatantra dan jataka.

Hiasan relief-relief pada Candi Mendut merupakan cerita berupa ajaran moral dengan menggunakan tokoh-tokoh binatang sebagai pemerannya. Terdapat cerita “Brahmana dan Kepiting”, “Angsa dan Kura-Kura”, “Dua Burung Betet yang berbeda” dan “Dharmabuddhi dan Dustabuddhi”. Relief brahmana dan kepiting menceritakan seorang brahmana yang menyelamatkan seekor kepiting. Kepiting ini kemudian membalas budi dengan menyelamatkan brahmana dari gangguan gagak dan ular.

Relief angsa dan kura-kura tentang seekor kura-kura yang diterbangkan dua ekor angsa ke danau. Namun kura-kura ini meras tersinggung dengan ucapan angsa. Kura-kura melepas gigitannya sehingga jatuh ke tanah dan mati. Dharmabuddhi dan Dustabuddhi bercerita tentang dua orang sahabat yang berbeda kelakuannya. Dustabuddhi memiliki sifat tercela suka menuduh Dharmabuddhi melakukan perbuatan tercela, namun akhirnya kejahatannya terbongkar dan Dustabuddhi pun dijatuhi hukuman. Relief terakhir bercerita tentang kelakuan dua burung betet yang sangat berbeda karena satunya dibesarkan oleh brahmana dan satunya lagi oleh seorang penyamun.

Sumber:

http://sejarah.info/2011/12/sejarah-candi-mendut.html

http://buddhist.dipankarajayaputra.com/candi-mendut.html

Tinggalkan komentar